Artikelkesehatan99.com – Jenis toxic parenting tentu wajib diketahui oleh para orang tua. Dasarnya, menjadi orang tua memang bukan perihal yang mudah dilakukan, banyak yang harus diperjuangkan demi sang anak, maka banyak orang tua yang melakukan cara apapun untuk melindungi anak anaknya. Namun terkadang cara orang tua dalam melindungi anak dianggap sangat berlebihan yang justru membuat nya menjadi toxic parenting yang akan berdampak pada perkembangan dan karakter sang anak saat sudah dewasa. Setiap orang tua tentunya menjamin anak untuk memiliki kehidupan yang terbaik sehingga menjadi tujuan yang akan diusahakan oleh orang tua bagaimanapun caranya.
Pola asuh yang diterapkan menjadi salah satu fokus utama dalam mencapai tujuan, namun sayangnya berbagai metode parenting yang salah akhirnya dilakukan entah disadari atau tidak, padahal tujuannya membuat sang anak menjadi cerdas dan tumbuh baik, malahan justru dapat memberikan dampak negatif pada diri sang anak. Kebanyakan orang tua menyepelekan pola asuh anak karena dianggap hasilnya sama saja, namun ternyata hal itu kurang benar menurut psikologi, pola asuh pada anak juga penting untuk membangun karakter pada anak.
Bahkan hal yang menurut orang tua dapat melindungi anaknya akan menjadi bumerang. Oleh karena itu sebelum menjadi orang tua atau anda sedang membesarkan anda perlu banyak informasi mengenai cara memberi pola asuh yang baik pada anak, dan jangan sampai anda menjadi toxic parenting yang justru berdampak tidak baik pada anak anda. Karena menjadi orang tua yang toxic, akan berdampak besar pada anak, kepercayaan diri anak bisa menurun, bahkan bisa merusak mental anak juga. Berikut ini jenis ajaran toxic parenting yang perlu anda ketahui.
Kenali Jenis Toxic Parenting, Jangan Lakukan Ini!
1. Helicopter Parenting
Helicopter parenting adalah pola asuh yang identik dengan perilaku melindungi anak dengan cara berlebihan, biasanya pola asuh ini sering diterapkan oleh orang tua Asia. Pada pola asuh ini orang tua cenderung ikut campur dalam semua aspek mulai dari menentukan pendidikan sampai mengerjakan PR yang seharusnya dikerjakan oleh anak.
Anak akan dipaksa nurut karena takut jika memilih pilihannya sendiri maka akan gagal, hal ini akan berdampak pada anak akan menjadi kurang percaya diri, sulit beradaptasi dengan masalah, dan kurang mandiri sehingga keterampilan hidup kurang terasah.
2. Drone Parenting
Tak jauh berbeda dengan helicopter parenting, namun bedanya drone parenting dilakukan secara diam diam. Dilakukan secara diam diam yaitu dimana orang tua diam diam menemui guru sang anak, atau melacak keberadaan anak, dan sering menelpon gurunya sepanjang waktu.
Hal ini disebabkan kekhawatiran orang tua terhadap anaknya. Sebenarnya khawatir yang dirasakan orang tua adalah hal yang wajar, namun hal ini akan berdampak yang sama dengan helicopter parenting, secara tak langsung ia tak mempercayai anaknya.
3. Lawnmower Parenting
Pola asuh ini orang tua akan memotong segala hambatan yang ditemui sang anak, misalnya orang tua melakukan manajemen mikro, ikut campur, dan menyusun segala hal agar tak ada yang menghalangi jalan anak untuk menuju sesuatu. Tujuan orang tua seperti ini tentunya ingin anak lebih mudah, selalu nyaman, dan hidup enak, namun dampaknya anak tak memiliki motivasi yang kuat karena terbiasa apa apa tercapai.
4. The Best Buddy Parenting
Setiap orang tua tentunya ingin menempatkan diri pada posisi teman, namun ternyata hal ini tak begitu baik dampaknya pada sang anak. Menjadi teman bagi sang anak mungkin salah satu yang paling banyak diterapkan karena dianggap bahwa orang tua dan anak akan lebih saling mengerti. Namun justru akan berbahaya karena meleburnya batasan batasan yang seharusnya tetap ada, parenting yang akhirnya permisif ini akan menyebabkan permasalahan dengan perkembangan pengendalian diri.
5. Butler Parenting
Dengan pola asuh seperti ini akan membuat anak tumbuh menjadi anak yang manja, membersihkan ruangan, membereskan mainan, mengantarkan makan siang ke sekolah, dan semua hal ini dilakukan oleh orang tua yang menggunakan pola asuh butler parenting. Hal ini akan berdampak anak menjadi manja dan semua orang harus menuruti kemauannya, dengan pola asuh ini anak menjadi susah mandiri.
6. Perfeksionis
Orang tua yang perfeksionis akan menghasilkan anak yang mungkin hasil jangka pendeknya bagus, namun jika secara jangka panjang akan sebaliknya, buruk bagi anak. Orang tua dengan pola asuh seperti ini selalu merasa tidak puas jika anaknya tidak mendapat nilai yang bagus yang sesuai harapan orang tua.
Biasanya orang tua akan memberi tekanan kepada anak agar mereka selalu memperoleh hasil yang baik, sehingga anak tidak memiliki waktu istirahat dan bermain, yang dilakukan hanya latihan dan latihan. Hal ini berdampak anak akan mudah stres, cemas dan akhirnya anak akan meledak menjadi pemberontak. Itulah beberapa jenis toxic parenting yang sebaiknya tidak dilakukan.